Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

cerpanku

“Semangat Baru”
Oleh :Yuliarnis
          Sekarang aku akan memasuki jenjang pendidikan SMA, minggu depan aku mulai masuk sekolah. Senang sekali rasanya hingga tak sabaran untuk menggunakan seragam putih abu-abu. Hari yang ku nantikan pun tiba, tepat pada hari senin 13 Juli 2009 hari pertama di SMA. dengan semangat aku pergi mandi, shalat subuh dan berpakaian seragam putih abu-abu. Sejenak aku melamun, dalam lamunanku aku berkata,”Wah, nggak terasa sekarang aku akan menduduki bangku SMA padahal rasanya baru beberapa waktu yang lalu aku masih di SMP”. Tak lama kemudian aku pun terbangun dari lamunanku itu. Kulihat jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 6.45, aku pun bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dengan semangat baru.
          Hari pertama disekolah, seluruh siswa baru yang merupakan kelas X berkumpul di lapangan untuk mendengarkan pengumuman. Setelah itu kami disuruh untuk memasuki suatu ruangan untuk pembagian lokal selama masa orientasi siswa (MOS). Seluruh siswa baru wajib mengikuti MOS. Sebenarnya tujuan MOS adalah untuk memperkenalkan siswa-siswa baru kepada lingkungan sekolah serta kepada teman-teman dan kakak-kakak yang berada di sekolah itu. MOS diadakan selama satu minggu. MOS pun dimulai dan aku duduk di kelas X-3. Aku senang berada di kelas itu karena teman-teman yang berada di lokal itu sangat baik, ramah dan bersahabat. Apalagi mereka berasal dari sekolah yang berbeda-beda serta tempat tinggal yang berbeda-beda pula. Kami pun berkenalan satu sama lain, sehingga aku bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah bersama teman-teman baru.
Satu minggu telah berlalu, artinya MOS pun berakhir.
          Keesokannya, hari pertama dalam proses belajar-mengajar pun dimulai. Aku mempelajari materi-materi baru di kelas yang baru, sekolah yang baru, teman-teman baru dan guru-guru baru. Awalnya, aku merasa sulit untuk memahami materi yang diberi guru, aku merasa tidak akan mampu untuk mengikuti pelajaran disini. Di rumah, aku mencoba menceritakan masalahku pada kakakku,”Kak, kayaknya aku nggak sanggup mengikuti pelajaran di sekolah soalnya aku sulit memahami materi yang diberi guru”. Kakakku pun menasehatiku,”Dek, jalani saja semua ini dengan ikhlas! Jangan berpikiran kalau pelajarannya susah dan kamu nggak bakalan ngerti! Ini kan baru permulaan, masa’ baru segitu sudah menyerah? Berusahalah dan berdo’alah! Mintalah kepada Allah kemudahan untuk menjalaninya.
          Setelah kakak menasehatiku pikiranku mulai tenang, aku pun mencoba mencerna nasehat kakak tadi. Selanjutnya di sekolah aku berusaha keras untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Akhirnya berkat usahaku tadi, aku mulai memahami materi yang tadinya ku anggap sulit. Bahkan, pelajaran yang tadinya menurutku sulit sekarang telah menjadi pelajaran yang kusenangi.
          Hari-hari di sekolah kujalani dengan senang hati bersama canda gurau dengan teman-temanku. Akhirnya kami menjadi kelas yang kompak, walaupun ada sedikit masalah karena perbedaan sifat ada yang manja, egois, yang suka cari perhatian, tapi aku dan teman-teman dapat menyatukan perbedaan tersebut. Bahkan, guru-guru mengatakan kalau sebenarnya kelas kami adalah kelas yang lebih baik dari kelas yang lain.Sayangnya,kami juga dicap kelas yang ribut.
          Ujian semester tiba, aku dan teman-teman belajar lebih giat dari biasanya. Saat ujian berlangsung aku berusaha menjawab soal-soal dengan hati-hati. Beberapa hari telah berlalu dan tibalah hari terakhir ujian. Setelah selesai ujian, aku merasa lega dan pulang dengan perasaan yang plong. Aku pulang bersama teman-teman, kami berjalan sambil tertawa dan membicarakan hal-hal yang lucu.
          Setelah hari terakhir ujian semester, sekolah pun tetap diadakan seperti biasanya. Hanya saja disekolah, kami tidak melaksanakan PBM. Paginya, seluruh murid dikumpulkan di lapangan karena ada beberapa pemberitahuan dari sekolah. Salah seorang guru mengatakan,”Siswa-siswi sekalian! Ujian semester baru saja berakhir, karenanya mulai hari ini kita tidak melaksanakan PBM yang efektif sebagaimana biasanya. Namun, setelah liburan semester sekolah kita akan mengadakan kegiatan rutin tahunan yakni kemah bakti siswa atau KBS. Oleh sebab itu, kalian akan mempersiapkan sebuah acara dari masing-masing kelas untuk kalian tampilkan di KBS nanti”.
          Setelah informasi tersebut disampaikan, kami pun bubar menuju kelas masing-masing. Di kelasku, aku bersama teman-teman langsung memusyawarahkan acara apa yang akan kami tampilkan. Setelah diskusi yang cukup panjang, kami memutuskan untuk menampilkan sebuah drama musikal yang dipersembahkan oleh “Opera Van X_Triem” dengan judul “Batal Kawin”.
Setelah ditetapkan, kami memilih tokoh dalam cerita itu lalu kami mendiskusikan siapa yang akan jadi pemeran dalam drama tersebut. Dalam drama itu aku hanya berperan sebagai saksi dalam pernikahan. Setelah pembagian tugas selesai, kami langsung mengadakan latihan. Beberapa hari kemudian, tiba waktunya untuk hari penerimaan rapor, laporan penilaian prestasi belajarku selama enam bulan di SMA. Aku merasa takut dan cemas, penyebab lainnya karena adanya sistem drop out (DO) di sekolahku ini apabila ada lebih dari tiga buah bidang studi yang nilainya di bawah standar ketuntasan. Hal itu yang membuatku sangat cemas, takut hal itu terjadi padaku.
          Pada detik-detik yang menegangkan itupun tiba, alhamdulillah ternyata aku menduduki ranking ke sebelas dan seluruh bidang studi ku selesaikan dengan nilai yang cukup memuaskan. Setelah hari pembagian rapor, tibalah hari libur yang diadakan selama seminggu. Masa-masa liburan kujalani dengan sangat senang karena aku berlibur di tempat kakakku. Walaupun sebenarnya saat liburan aku sangat merindukan teman-teman di kelas X-3 atau disebut juga X-triem.
          Libur pun berakhir,  sekolah dimulai seperti biasanya hanya saja belajar di awal semester ini tidak efektif karena seluruh warga SMA mempersiapkan latihan untuk acara dalam KBS yang rencananya diadakan selama tiga hari. Saat istirahat, kami memperbincangkan saat-saat liburan, kemana saja kami berlibur, apa kegiatan selama libur, dan lain sebagainya..
          Hari yang ditunggu-tungu akhirnya tiba, tepat pada hari Jum’at tanggal 8 Januari 2010 siangnya kami berangkatdari sekolah ke sebuah desa yang cukup nyaman, udara yang belum tercemar dan masyarakatnya yang ramah. Disana terlihat para pionir telah mempersiapkan dua buah tenda untuk masing-masing kelas. Usai tenda benar-benar telah berdiri tegak, kami pun mengatur dan menyusun barang-barang yang kami bawa sebagai persiapan selama tiga hari ke depan.
          Pekerjaan pertama hari ini telah selesai, segera seluruh peserta KBS dikumpulkan karena akan diadakan pembukaan yang dihadiri camat setempat beserta beberapa warga yang berada di sekitar lingkungan perkemahan kami.
          Akhirnya pembukaan KBS selesai, hari pun sudah beranjak gelap. Usai berganti pakaian kami pun berangkat ke mesjid yang tak terlalu jauh dari kemah kami. Disana, kami menunaikan ibadah shalat maghrib berjama’ah.
          Pada malam harinya, beberapa kelas menampilkan acara yang telah lama dipersiapkan. Kelas X-3 mendapat giliran pertama untuk tampil. Kami sebenarnya cukup deg-degan karena cemas akankah penampilan kami berjalan lancar. Usai mempersiapkan segala properti yang akan digunakan kami pun tampil dengan maksimal. Meski beberapa adegan dalam drama kami ditertawakan oleh kelas lain kami tetap senang dan lega rasanya kami selesai tampil dan diberikan tepuk tangan yang cukup meriah.
          Sebenarnya tujuan utama dalam KBS tersebut adalah untuk menjalin suatu hubungan dengan masyarakat setempat, serta membiasakan diri untuk berbakti pada tempat dan masyarakat dimana kita berada. Keesokan paginya, kami bergotong royong membersihkan masjid, sekolah dan lingkungan di desa itu. Pada siang harinya, kami mengikuti sebuah permainan yang berada di alam terbuka atau disebut juga out bound. Alangkah lucunya kami saat itu yang berkotor-kotoran di dalam sawah karena terjatuh di lumpur atau dilempari lumpur oleh anak-anak yang usil. Tapi kami sangat senang disana, kami bisa semakin kompak satu sama lain.
          Hari berikutnya kami bersiap-siap pulang dan membereskan semua barang-barang, setelah itu tenda pun dirobohkan. Meskipun sedikit kecewa rasanya sebentar sekali kami berada disini tapi kami pulang dengan perasaan senang meskipun sedikit lelah.
          Hari berikutnya, aku berangkat ke sekolah. Namun, ketika sampai di lapangan aku bertemu seseorang yang baru pertama kali kulihat. Dia bertanya padaku,”Ma’af numpang tanya, ruang kepala sekolah dimana ya?”, aku pun menjawab,”Oo, ruangan kepala sekolah ada disana (sambil menunjuk ke arah ruang kepala sekolah)”. “Oo, terima kasih ya atas bantuannya”. Sebelum dia pergi ke ruang kepala sekolah aku bertanya padanya,”Ma’af kamu siswa baru ya?”. Dia menjawab,”Benar, saya baru disini. Saya baru pindah dari SMA 5 Jakarta”. Setelah itu kami pun berkenalan, kemudian pertemuan itu berlalu. Aku berjalan menuju ruangan kelasku, sampai ke kelas aku masuk dengan mata berbinar-binar entah apa penyebabnya. Setiba di kelas, aku menjadi salah tingkah dan teman-temanku terheran-heran melihat tingkahku. Mereka bertanya padaku,”Kamu kenapa? Apa yang terjadi?”. Sepertinya tingkahku membuat mereka bingung dan khawatir tapi aku hanya menjawab dengan gelengan kepala.
          Hari selanjutnya berlalu sebagaimana mestinya. Suatu hari di sekolah, aku dipanggil oleh guru untuk mengikuti pelatihan olimpiade matematika. Ternyata siswa baru yang kutemui beberapa waktu lalu juga mengikuti pelatihan olimpiade matematika. Nama siswa baru itu Kak Fatris, ia duduk di kelas XI. Artinya, dia adalah kakak kelasku. Bersama-sama teman-teman lain yang ikut olimpiade aku bisa mengenal kak Fatris lebih dekat. Berkat pelatihan olimpiade tersebut, kami bisa menjadi lebih akrab. 
          Setelah beberapa kali pelatihan, akhirnya aku dan beberapa teman lainnya ditunjuk untuk mengikuti olimpiade matematika kabupaten mewakili sekolahku. Aku senang dan bangga karena terpilih dalam olimpiade itu dan aku menjadi satu-satunya siswa perempuan kelas X yang diutus sekolah.
          Awalnya, aku sempat minder tetapi akhirnya teman-teman dan kakak-kakak membimbingku untuk mempersiapkan diri dan mental. Akhirnya aku menjadi pemenang, memang bukan pemenang sebagai juara pertama tetapi hanya juara ketiga tapi aku sangat bangga dapat menyumbangkan sebuah tropi untuk sekolahku. Ayah, ibu dan kakakku pun turut bangga atas prestasi yang ku hasilkan.
          Tapi, sebenarnya ada hal lain yang membuatku senang. Sejak mengikuti olimpiade, aku dan kak Fatris bisa menjadi lebih dekat. Ia juga berjanji untuk mengajariku pelajaran astronomi karena ia juga pintar dalam bidang itu. Aku senang Kak Fatris menjadi tutor sebaya yang sabar dan baik. Cara ia menjelaskan pelajaran sangat jelas dan sistematis, hal itu membuatku lebih mudah mengerti rumus-rumus yang cukup rumit tersebut. Dibandingkan dengan Pak Aan, guru astronomi yang dikenal killer itu jauh sekali bedanya.
          Ayah, ibu dan kakakku juga sudah kenal baik dengan Kak Fatris, karena Kak Fatris sering mengajariku pelajaran astronomi. Sejak diajari Kak Fatris, nilai astronomiku meningkat. Rasanya, aku mendapat seorang kakak laki-laki baru yang bisa membimbingku dengan baik.
          Suatu malam, kakakku masuk kekamarku dan duduk di ranjangku. Tiba-tiba kakak mengatakan hal yang membuatku bingung,”Jaga hati dek!”. Aku bingung dan menoleh terheran-heran pada kakakku,”Maksud kakak apa? Aku sama sekali nggak ngerti perkataan kakak,”. “Sebenarnya ini soal kamu dan Fatris. Kakak yakin kalau kalian tahu Allah sangat pencemburu. Maksudnya, Ia tak mau kalau kalian mengotori hati dengan mencintai dan mengisi hati dengan seseorang yang tak pantas”. Perkataan kakakku membuatku semakin bingung,”Kak, sekarang aku tambah nggak ngerti maksud kakak”.”Kamu nggak punya perasaan apa-apa kan sama Fatris?”, tanya kakakku menyelidikiku seperti seorang polisi. Aku pun langsung tertawa terbahak-bahak merasa geli karena perkataan yang dilontarkan kakakku. “Ya ampun kak! Aku nggak punya hubungan seperti itu sama Kak Fatris. Aku cuma menganggap dia adalah teman sekaligus kakak, nggak lebih dari itu. Percayalah kak!”, kakakpun tersenyum malu serta lega dengan pernyataan yang kuberikan.
          Hari-hari di sekolah kujalani seperti biasanya, mengikuti pelajaran dengan serius dan dengan semangat bersama teman-teman. Aku selalu seria dan bersama teman-teman kami menjaga kekompakan dan berteman dengan Kak Fatris sebagai adik kelas dan kakak kelas.















Tugas
“CERPEN”
Diajukan untuk memenuhi mata pelajaran
Bahasa Indonesia
 







Disusun oleh :

Nama : Yuliarnis
Kelas  : X.3
Guru Pembimbing : Osrimal, S,Pd.

SMA Negeri 3 Batusangkar
TP 2009/2010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Yuliarnis FatiLia mengatakan...

cerpen ini adalah pengalaman hidupku

Posting Komentar