
Psikologi Pembelajaran Matematika
Tentang:
Teori Belajar Bruner, Teori Van Hiele, Teori Tingkah Laku dan
Kognitif dan Perbedaan Individu
Oleh:
Kelompok III
Ainil Huda :
12105036
Dery Arizola :
12105042
Ilham Fauzi M. S :12105048
Sri Jumiati :
12105064
Yuliarnis :
12105069
Elisnia Rezika : 13105029
Dosen:
Kurnia Rahmi Yuberta, S.Pd,. M.Sc
Program Studi Tadris Matematika Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Batusangkar
2014
A.
Teori
Belajar Bruner
I.
Dalil-dalil
Teori Bruner
Dalil-dalil yang didapatkan
Bruner setelah mengadakan pengamatan ke sekolah-sekolah :
1.
Dalil
penyusunan / Contruction the Orem
Dalil ini
menyatakan bahwa jika anak ingin mempunya kemempuan menguasai konsep, teorema,
definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan
representasinya. Ini berarti jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatan
mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi
tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.
2.
Dalil Notasi
/ Notation The Orem
Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep.
Pengggunaan notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan
dengan tahap perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan
spiral, dimana setiap ide-ide matematika disajikan secara sistematis dengan
menggunakan notasi-notasi yang bertingkat.
3.
Dalil
Kekonstrasan dan keanekaragaman / Constrasand variation the Orem
Pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam
melakukan pengubahan konsep dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh
yang banyak sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konseptersebut
4.
Dalil
pengaitan / Connectivity The Orem
Dalam matematika itu suatu konsep dengan konsep
lainnya,terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi
rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang
lainnya, atau konsep yang satu diperlukan untuk memperjelas konsep lainnya.
II.
Implikasi
Teori Bruner dalam pembelajaran
a.
Menghadapkan
anak pada situasi yang membingungkan atau suatu masalah
b.
Anak akan
berusaha membandingkan realita diluar dirinya dengan model mentalyang telah
dimilikinya
c.
Dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-truktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan didalam
benaknya. Untuk itu siswa akan memcoba melakukan sintesis, analisis, menemukan
informasi baru dan menyingkirkn
informasi yng tidak perlu. Sajikan contoh dan bukan contoh yang
diajarkan.
d.
Berikan satu
pertanyaan dan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri
B.
Teori
Van Hiele
I.
Pengertian Teori Belajar Menurut Van
Hiele
Teori
Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari
geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa
melewati tingkat yang lebih rendah. Teori van Hiele pertama kali
dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof pada tahun 1957. Teori ini menjelaskan
mengenai perkembangan berpikir siswa dalam belajar geometri
II.
Tahap Pemahaman Geometri menurut Van
Hiele
Tahapan berpikir atau
tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri, menurut Van
Hiele adalah sebagai berikut:
1.
Level 0.
Tingkat Visualisasi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa
memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (wholistic).
Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing
bangun.
2.
Level 1. Tingkat Analisis
Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa
sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing
bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah terbiasa menganalisis
bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang
dimiliki oleh unsur-unsur tersebut.
3.
Level 2. Tingkat Abstraksi
Tingkat ini disebut
juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional. Pada tingkat ini, siswa sudah
bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu
bangun.
4.
Level 3. Tingkat Deduksi Formal
Pada tingkat ini
siswa sudah memahami perenan pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi,
aksioma-aksioma, dan terorema-teorema dalam geometri. Pada tingkat ini siswa
sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal.
5.
Level 4.
Tingkat Rigor
Tingkat ini disebut juga tingkat metamatematis. Pada tingkat ini, siswa
mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika
(termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret
sebagai acuan. Pada tingkat ini, siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih
dari satu geometri.
III. Fase-fase
pembelajaran Geometri Van Hiele
Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih
tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5 fase (langkah),
yaitu ; informasi (information),
orientasi langsung (directed orientation),
penjelasan (explication), orientasi
bebas (free orientation), dan
integrasi (integration).
1.
Fase 1 :
Informasi (information)
Pada awal fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab dan kegiatan
tentang obyek-obyek yang dipelajari pada tahap berpikir yang bersangkutan. Guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi.
2.
Fase 2 :
Orientasi langsung (directed orientation)
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat
disiapkan guru. Aktifitas ini akan berangsur-angsur menampakkan kepada siswa
struktur yang memberi ciri-ciri untuk tahap berpikir ini. Jadi, alat ataupun
bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan repon khusus.
3.
Fase 3 :
Penjelasan (explication)
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang
muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu untuk membantu siswa
menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal
mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir
ini mulai tampak nyata.
4.
Fase 4 :
Orientasi bebas (free orientation)
Siswa mengahadapi tugas-tugas yang lebih komplek berupa tugas yang
memerlukan banyak langkah, tugas-tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan
tugas-tugas open ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara
mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi
diantara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antara
obyek-obyek yang dipelajari menjadi jelas.
5.
Fase 5 :
Integrasi (Integration)
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru
dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara
global terhadap apa-apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting tetapi,
kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Pada akhir fase kelima ini siswa
mencapai tahap berpikir yang baru.Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar
pada tahap sebelumnya.
IV.
Teori – Teori Pembelajaran Geometri
Menurut Van Hiele
Selain mengemukakan
mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri, Van Hiele
juga mengemukakan beberapa teori berkaitan dengan pengajaran geometri. Teori
yang dikemukakan oleh Van Hiele antara lain adalah sebagai berikut;
a)
Tiga unsur yang utama pengajaran
geometri yaitu, waktu materi pengajaran dan metode penyusun. Apabila dikelola
secara terpadu dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan berfikir anak kepada
tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya.
b)
Bila dua orang yang mempunyai tahap
berpikir berlainan satu sama lain kemudian saling bertukar pikiran, maka kedua
orang tersebut tidak akan mengerti. Sebagai contoh, seorang anak tidak mengerti
mengapa gurunya membuktikan bahwa jumlah sudut-sudut dalam sebuah jajargenjang
adalah 360˚, misalnya anak itu berada pada tahap urutan ke bawah. Menurut anak
pada tahap yang disebutkan, pembuktiannya tidak perlu sebaba sudah jelas bahwa
jumlah sudut sebuah jajargenjang 360˚.
Contoh yang lain seorang anak yang berada paling tinggi pada tahapkedua atau
tahap analisis, tidak mengerti apa yang dijelaskan gurunya bahwa kubus itu
adalah balok, belah ketupat itu laying-layang. Gurunya pun sering tidak
mengerti mengapa anak yang diberi penjelasan tersebut tidak memahaminya.
Menurut Van Hiele, seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah
tidak akan mungkin dapat mengerti atau memahami materi yang berada pada tingkat
yang lebih tinggi dari anak tersebut. Kalaupun dipaksakan maka anak tidak
akanmemahaminya tapi nanti bisa dengan melalui hafalan.
c)
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
yaitu anak memahami geometri dengan pengertian, kegiatan belajar anak harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak itu sendiri, atau disesuaikan
dengan tahap berpikirnya. Dengan demikian anak dapat memperkaya pengalaman dan
cara berpikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk meningkatkan tahap
berpikirnya ke tahap yang lebih dari tahap sebelumnya.
V.
Manfaat Teori Van Hiele Dalam
Pengajaran Geometri
Teori-teori yang
dikemukakan oleh Van Hiele memang lebih sempit dibandingkan teori-teori yang
dikemukakan oleh Piaget dan Dienes karena ia hanya mengkhususkan pada
pengajaran geometri saja. Meskipun sumbasinya tidak sedikit dalam geometri.
Berikut hal-hal yang diambil manfaatnya dari teori yang dikemukakan;
1.
Guru dapat mengambil manfaat dari
tahap-tahap perkembangan kognitif anak yang dikemukakan Van Hiele, dengan
mengetahui mengapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus itu merupaka balok,
karena anak tersebut tahap berpikirnya masih berada pada tahap analisis ke
bawah.
2.
Supaya anak dapat memahami geometri
dengan pengertian, bahwa pengajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan berpikir anak itu sendiri.
3.
Agar topic-topik pada materi geometri
dapat dipahami dengan baik dan anak dapat mempelajari topic-topik tersebut
berdasarkan urutan tingkat kesukarannya yang dimulai dari tingkat yang paling
mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks.
C.
Perbedaan
Teori Tingkah Laku dan Kognitif
a.
Teori
Behavior (tingkah laku)
Teori Behavior merupakan sebuah teori
yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavior dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo
Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
b. Teori Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata
cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya
cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai
salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak
ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Salah satu tokoh kognitivisme adalah
Jean Piaget membagi proses belajar manusia dalam tiga tahapan, yaitu :
1)
Asimilasi. Yaitu, proses penggabungan informasi baru ke dalam struktur
kognitif yang sudah ada dan terekam dalam benak si pembelajar sebelumnya.
2)
Akomodasi. Yaitu, penyelarasan struktur kognitif dalam situasi yang baru
diterimanya.
3)
Equilibrasi. Yaitu,penyelarasan dalam pengkombinasian antara asimilasi dengan
akomodasi.
Contoh Penerapan Teori
Kognitif Piaget
Untuk memudahkan Anda memahami teori
kognitif Piaget berdasarkan ketiga tahapan di atas, maka ditampilkan contohnya.
Jika seorang siswa SD kelas satu sudah belajar dan mengenal jenis-jenis huruf.
lalu gurunya memperkenalkan cara menggabungkan huruf hingga bisa dibaca dalam
bunyi kata, Maka proses penyatuan antara jenis huruf yang ada di benak si murid
dengan proses penggabungan huruf hingga bisa dibaca dalam bentuk (informasi
baru). Inilah yang dinamakan dengan asimilasi.
Sedangkan akomodasinya, jika siswa
diberi soal latihan membaca kata demi kata lalu ia bisa menerapkan ilmu
yang dimilikinya dan berhasil menjawabnya. Adapun equilibrasinya terletak pada
kemampuannya dengan proses penggabungan huruf hingga bisa dibaca menjadi bunyi
kata dan ia dapat terus mengembangkan dan menambah ilmunya. Tak hanya
itu, ia sekaligus dapat menjaga stabilitas mental di dalam dirinya.
Perbedaan Teori Belajar Behavioristik
dan Teori Belajar Kognitif
Aspek
|
Behavioristik
(Tingkah Laku)
|
Kognitif
|
Tokoh
|
Pavlov (1849-1936), Watson
(1878-1958), Thorndike (1874-1949), Skinner (1904-1990)
|
Jean Piaget, Lev Vygotski
|
Dasar Pemikiran
|
Perubahan tingkah laku
|
Proses berpikir dibalik tingkah laku
|
Kekuatan
|
Siswa difokuskan pada tujuan yang
jelas sehingga dapat menanggapi secara otomatis. Contoh: Siswa mampu
menjelaskan sifat-sifat zat cair, maka diharapkan siswa mampu menjawab
pertanyaan tentang sifat-sifat zat cair
|
Penerapan teori kognitif bertujuan
untuk melatih siswa agar mampu mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan
konsisten. Contoh: Cara belajar siswa berbeda-beda, mereka perlu secara rutin
dilatih untuk mencapai cara umum yang tepat.
|
Kelemahan
|
Siswa dapat berada dalam situasi di
mana rangsangan (stimulus) dari jawaban yang benar tidak tersedia. Contoh:
Siswa harus membuang sampah pada tempatnya, tetapi di tempat tersebut tidak
tersedia tempat sampah.
|
Siswa belajar suatu cara menyelesaikan
tugas, tetapi cara yang dipilih belum tentu baik (sesuai). Contoh: Siswa
belajar cara menulis surat dengan cara yang sama, perlu diperhatikan
perbedaan selera dalam menulis surat.
|
D.
Perbedaan
Individu
I. Pengertian Individu
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah
kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang
dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa
perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan
sikap-sikapnya.
Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat
atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang memperoleh dari
pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan
yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor
sosial psikologis.
II. Perkembangan individu
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang
sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir
hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan
yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
Perkembangan individu mempunyai
ciri-ciri umum adalah sebagai berikut :
1.
Terjadinya
perubahan dalam aspek :
·
Fisik; seperti : berat dan tinggi badan.
·
Psikis; seperti : berbicara dan berfikir.
2.
Terjadinya perubahan dalam proporsi.
Fisik; seperti : proporsi tubuh anak berubah sesuai
dengan fase perkembangannya.
· Psikis; seperti : perubahan imajinasi dari
fantasi ke realistis.
3.
Lenyapnya tanda-tanda yang lama.
Fisik; seperti:
rambut-rambut halus dan gigi susu, kelenjar thymus dan kelenjar pineal.
· Psikis; seperti : lenyapnya masa
mengoceh, perilaku impulsif.
4.
Diperolehnya
tanda-tanda baru.
Fisik; seperti : pergantian gigi dan karakteristik sex
pada usia remaja, seperti kumis dan jakun pada laki dan tumbuh payudara
dan menstruasi pada wanita, tumbuh uban pada masa tua.
Psikis; seperti berkembangnya rasa ingin tahu, terutama
yang berkaitan dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan
beragama.
III. Macam-macam Perbedaan Individu
Makna “perbedaan” dan “perbedaan
individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik
variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
1.
Perbedaan
kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan
yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang
memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek.
Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya
terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik
untuk menjadi miliknya.
2.
Perbedaan
kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan
individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam
berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk
menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh
makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
3.
Perbedaan
Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan
psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat
motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
4.
Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya,
terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
5.
Perbedaan
Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang
dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila
mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak
berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang,
dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
6.
Perbedaan
Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang, yang mliputi
perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi perkembangan
anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat
kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas. Setiap
individu siswa berbeda satu dengan lainnya, hal ini pengaruhi banyak faktor
yang membentuk kepribadian setiap siswa. Perbedaan individu siswa dapat
dikelompokan menjadi:
7.
Perbedaan Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang
individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah
sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Tidak semua
siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menerima materi yang diajarkan oleh
seorang guru. Guru hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap siswa-siswa
yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan mengatasi
kesulitan belajar siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut.
Dan jika tingkat kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi maka tidak
ada salahnya kita meminta bantuan guru lain atau guru yang berkompeten dalam
hal ini dan ini biasanya guru bimbingan dan penyuluhan.
8.
Perbedaan
Minat
Minat adalah seberapa besar seorang individu
merasa suka atau tidak kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat
bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginannya. Minat merupakan
faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya merupakan faktor utama
dalam pengembangan bakat.
9.
Perbedaan
Sikap
Menurut Prasetyo dalam bukunya
Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa: Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
sosial adalah sebagai berikut:
a.
Faktor
Indogen
Faktor indogen adalah faktor yang
mempengaruhi sikap sosial anak yang datang dari dalam dirinya sendiri. Faktor
pada diri anak itu sendiri seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi,
simpati.
b.
Faktor
Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi
sikap sosial anak dari luar dirinya sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto
dan Sjafioedin dalam bukunya Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan
bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yaitu: faktor yang
berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekolah.
10.
Perbedaan
gaya belajar
Belajar merupakan proses internal yang
di ukur melalui perilaku. Adanya perbedaan kognitif, akfektif, maupun
psikomotorik diantara para siswa mempengaruhi pilihan belajar mereka yang
muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan
perbedaan belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya
belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan
mengembangkan keterampilan baru, serta proses penyimpanan informasi baru dan
mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik
pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak
efektif untuk orang lain.
11.
Perbedaan Jenis
Kelamin
Jenis
kelamin menunjuk pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan,
sedangkan gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan ,
berupa perbedaan yang di bangun secara sosial budaya.
REFERENSI
Ratih
Ika S.. 2012. Pembelajaran matematika menurut teori van hiele. http://fai-unisma-malang.blogspot.com/2012/11/pembelajaran-matematika-menurut-teori.html
Purwoko.Teori
Belajar Van Hiele
0 komentar:
Posting Komentar